30 08-19

Kenali Kapiler 101 #1: Ngobrol Santai dengan CEO

avatar

Oleh   Marketing Team

Kategori   Program Panti

 

Sahabat, kali ini Pili berkesempatan untuk ngobrol dengan kak Barlian Juliantoro, CEO Kapiler Indonesia, yang biasa dipanggil Kak Toro. Apa sih yang kita obrolin? Yuk simak hasil obrolan Pili dan kak Toro berikut ini.

Teman-teman penasaran kan mengenai bagaimana Kapiler Indonesia bermula? Kak Toro berbagi ceritanya di sini. Jadi, Kapiler bermula dari sebuah komunitas yang diinisiasi oleh beberapa mahasiswa Universitas Indonesia. Awalnya dengan niat sederhana, ingin berbagi kebahagiaan dengan cara main ke panti asuhan. Pada saat itu teman-teman dari UI mengalami kesulitan ketika ingin membuat acara di panti asuhan karena tidak ada sumber utama database yang bisa menjadi acuan pencarian.

Founder Kapiler merasakan bahwa akses informasi terkait panti asuhan bahkan di tingkat mahasiswa saja masih sulit. Kemudian, tercetuslah ide untuk membuat data daftar panti asuhan di sekitar Jabodetabek di platform blog. Ternyata respon dari orang di sekitar positif dan banyak yang merasa terbantu dengan adanya pangkalan data tersebut. Akhirnya, dibentuklah komunitas Kapiler pada tahun 2014, dan tahun 2017 diresmikan menjadi yayasan Kapiler Indonesia.

“Anak panti asuhan juga bagian dari masyarakat”, ungkap Kak Toro.

Anak panti seringkali dianggap sebelah mata,  bahkan terkesan kurang terurus. Padahal, sebenarnya ada banyak potensi yang bisa dikembangkan jika anak panti dibina dengan baik. Berdasarkan booklet Data Panti Asuhan Yatim Piatu yang diterbitkan Kementerian Agama RI tahun 2011, di provinsi Banten saja terdapat 144 panti asuhan yatim piatu. Di provinsi Jawa Barat terdapat 518 panti asuhan anak yatim. Ini data dari tahun 2011. Belum termasuk pula yayasan non-panti. Berarti ada banyak sekali anak-anak yang jika terbina dengan baik dapat menjadi bagian penting poros pembangunan Indonesia di masa depan.

Lalu, ketika kita mendengar nama Kapiler, apa yang terbersit di pikiran? Pelajaran biologi?  

Kapiler dalam istilah biologi adalah pembuluh darah terkecil yang bertugas menyalurkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh. Seperti pembuluh kapiler yang bergerak ke seluruh jaringan tubuh, Kapiler Indonesia juga berharap menjadi  saluran perantara kebaikan antara yang membutuhkan (panti asuhan) dengan pihak yang ingin berbagi, yang pendataannya bisa terus berkembang hingga mencakup  seluruh wilayah Indonesia, dan menjadi salah satu solusi pemberdayaan panti asuhan.   

Salah satu momen yang membuat kak Toro yakin bahwa pemberdayaan panti asuhan adalah hal yang penting untuk dilakukan yaitu ketika berkunjung untuk asesmen ke panti asuhan.

Kak Toro bertanya, “Di sini sebulan kebutuhannya berapa pak buat anak panti?”

“Yaa..kurang lebih 20-30 jutaan lah, Mas,”

“Terus bagaimana untuk memenuhi kebutuhan itu?”

“Ya bismillah ajalah pasti ada, rezeki ada aja jalannya.”

Pemikiran demikian tidak sepenuhnya salah, tetapi pola pikir “menunggu” dan menerima bantuan saja tersebut dampaknya akan terasa ke anak-anak. Kalau panti memiliki kebutuhan 20 juta rupiah/bulan misalnya, tetapi bantuan yang masuk di bulan tersebut hanya 5 juta rupiah, akibatnya kebutuhan anak-anak tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini dapat terjadi salah satunya karena yayasan panti asuhan didirikan tanpa perencanaan yang matang sehingga setelah beberapa bulan pertama pengurus panti kesulitan memenuhi kebutuhan operasional panti asuhan.

Tujuan besar Kapiler bukan sekedar menyalurkan bantuan dari donatur ke pihak panti asuhan, tetapi bagaimana caranya agar panti asuhan bisa mandiri dari segi finansial sehingga anak panti mendapatkan pelayanan yang layak seperti memiliki akses ke pendidikan dan pengembangan keterampilan seperti anak-anak lainnya.

“Sebenarnya membantu panti asuhan dengan memberi (uang) saja kemudian selesai nggak salah, tetapi ketika dengar kondisi panti kesulitan mencari donasi, sedih juga sih. Padahal donasi itu juga untuk pembinaan anak pantinya.”  Jelas  kak Toro.

Berdasarkan hasil survei tersebut, Kapiler berusaha mewujudkan unsur pembinaan dan pemberdayaan ini salah satunya melalui program Bekal Bulanan Berdaya. Lantas apa yang diharapkan dari program? Perubahan pola pikir; baik dari pengurus panti maupun anak pantinya, yang selanjutnya bergerak ke arah pemberdayaan, seperti memiliki unit bisnis untuk menunjang biaya operasional panti. Harapannya ketika panti asuhan mandiri dan sejahtera, anak panti asuhan mendapatkan pelayanan yang layak dan kebutuhannya terpenuhi.

Selanjutnya, kak Toro menyampaikan pesan sederhana untuk anak muda yang mau bergerak di bidang pemberdayaan sosial: banyak bersabar. Menurut Kak Toro, ketika kita membawa sebuah semangat perubahan, kita tidak bisa berharap orang lain untuk langsung menerima dan semua berjalan lancar. Pada dasarnya, hal yang dibutuhkan ketika ingin melakukan perubahan sosial adalah terjun langsung ke masyarakat. Merasakan dan memahami hal yang dianggap masalah oleh mereka dan pelan-pelan memberikan solusi yang dibutuhkan. Perbedaan pola pikir dalam melihat dan menangani masalah ini menjadi tantangan tersendiri, khususnya untuk generasi muda. Karena itulah adanya kontribusi sosial generasi muda yang terbiasa dengan perubahan cepat di era digital ini menjadi hal yang penting.

 Baca juga: Perbedaan Panti Mitra dan Non-Mitra

 

Khonza Hanifa/Kapilerindonesia

Sumber:

http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/Data Panti Asuhan Yatim Piatu_2011.pdf

Untuk memberikan komentar anda harus login terlebih dahulu

Komentar

Belum ada komentar :(